IBU.
AJARI AKU MENANGIS
untukumu, ibu
“Menyesal, menggebu jiwa yg berdosa”.
Di pagi buta,
rerambanan terlihat indah dengan lekuk tubuhmu yang kulihat. Dedaunan bersyair
– syair memanggilku untuk mencuci tubuhku dari hadast yang sengaja aku tutupi.
Ibu . . .
Tulang belulangku telah rapuh di terjang badai
kuning-kuningan. Hingga aku tak dapat menyongsong kembali jiwamu yang sekejap
aku lupakan. Singa-singa mencakar kakiku hingga darah mengalir deras merubah
syair puisiku yang ingin kau jadikan sejarah dulu. Sunggingan senyumu telah
terisak dan sulit untuk aku membunuh tubuhku yang telah gila membuta.
Aku adalah kata yang terucap dari mimpi-mimpi seekor anjing,
yang mengaung-ngaung menakut-nakuti diriku. Aku tak bisa mengulang sabdamu
Nabi, dan aku tak bisa mengemban firman-Mu. Sebab aku adalah kafir yang
menyembah dalam gelap.
Ibu . . .
Berikan aku air susumu kembali, dan ajari aku cara untuk
melangkah. Aku rindu dirimu, saat aku terpenjara dalam goa berlampu panas
dengan aroma harum yang tak bisa bertubuh denganku.
Ibu . . .
Ajari aku menangis
Aam curallo
Sumenep 23 oktober 2013